ABSTRAK
Meitasari,
Nunung. 2014. SejarahPerkembangan SMA
Katolik SeminariKecamatan Garum Kabupaten Blitar Tahun 1958-2013 dan
Kontribusinya dalam Pendidikan Multikultural. Skripsi, Jurusan Sejarah,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. Dewa
Agung Gede Agung, M.Hum, (II) Dra. Yuliati, M.Hum.
Kata Kunci:
perkembangan, seminari, multikultural
Seminari
merupakan lembaga pendidikan awal untuk para calon pastor Katolik.SMA Katolik Seminari merupakan satu-satunya sekolah awal untuk
calon pastor Katolik yang ada di Kabupaten Blitar.SMA Katolik Seminari memiliki
peranan penting dalam membentuk calon imam gereja Katolik. SMK
Katolik Seminari juga memiliki perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan
dengan sekolah-sekolah menengah lain yang ada di Kabupaten Blitar. Pada kurun
waktu tahun 1958-2013 SMA Katolik Seminari telah mengalami berbagai
perkembangan. Berkaitan dengan itu, maka diperlukan pembahasan mengenai sejarah
perkembangan SMA Katolik Seminari tahun 1958-2013 dan kontribusinya dalam
pendidikan multikultural.
Penelitian ini memiliki tiga rumusan masalah yang
akan dikaji yaitu (1) Bagaimana latar belakang berdirinya SMK Katolik Seminari,
(2) Bagaimana sejarah perkembangan SMA Katolik Seminari tahun 1958-2013, (3)
Apa kontribusi penelitian ini dalam pendidikan multikultural.
Penulis dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah
meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Heuristik
yaitu dengan mengumpulkan sumber tertulis (arsip, majalah) dan sumber lisan
(wawancara). Kritik sumber terdiri dari kritik ekstern untuk menilai
keautentikan sumber yang penulis lakukan dengan penilaian terhadap tulisan,
bahasa, kalimat yang digunakan pada temuan sumber primer dan kritik intern
untuk menilai kebenaran isi sumber yang penulis lakukan dengan membandingkan
fakta-fakta dari data hasil wawancara yang berbeda. Interpretasi terdiri dari
analisis yang penulis lakukan dengan menguraikan fakta yang telah diperoleh
dari hasil wawancara dan sintesis yang penulis lakukan dengan menyatukan data
yang telah terkumpul dari hasil wawancara yang nantinya akan menghasilkan
sebuah fakta. Historiografi penulis lakukan dengan menyusun hasil interpretasi
data yang didapat menjadi sebuah cerita sejarah.
Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh tiga kesimpulan sebagai berikut ini. Pertama, latar
belakang pendirian SMA Katolik Seminari. Tahun 1942-1945 merupakan periode
gelap misi para romo CM di keuskupan Surabaya yang menyebabkan Gereja Kelahiran
Santa Perawan Maria di Jalan Kepanjen, Surabaya hancur karena dibakar habis
oleh pihak Jepang. Kehancuran itu mengobarkan semangat para romo untuk
membangun kembali gereja tahun 1946, dan mendirikan sekolah seminari guna
menyebarkan iman Katolik. Proses pendidikan awal dilaksanakan di pastoran
Kepanjen. Pertambahan siswa yang semakin banyak membuat gedungyang terletak di
Jl. Dinoyo No.42, Surabayadiperuntukan untuk keperluan pendidikan seminari.
Pendidikan terlaksana lebih teratur. Oleh karena jumlah siswa semakin banyak sekolah
di jalan Dinoyo semakin sesak. Melihat keadaan itu Romo van Driel yang menjadi
rektor meminta ijin kepada pimpinan rektor Romo Jos Verbong untuk melanjutkan
pembangunan seminari pada bulan Januari 1957 di dusun Garum, Blitar. Garum
dipilih sebagai tempat pendirian SMA Katolik Seminari karena Garum merupakan
daerah misi pada masa kolonial Belanda. Sehingga, masyarakat Garum sudah banyak
yang memeluk agama Katolik dan menerima pembangunan SMA Katolik Seminari dengan
senang hati.
Kedua, sejarah perkembangan SMA Katolik Seminari
pada tahun 1958-2013. Perkembangan SMA Katolik Seminari pada kurun waktu 1958-2013dibagi
dalam 3 periode. Periode pertama yaitu pada masa Orde Lama (1958-1965), kedua
pada masa Orde Baru (1966-1998), dan yang terakhir masa Reformasi (1999-2013).
Pada masa Orde Lama, visi misi SMA Katolik Seminari masih menggunakan moto
yaitu sanctitas, sanitas, dan scientia,
sistem pengelolaan kelas masih menerima lulusan SD, SMP, dan SMA. Kurikulum
yang digunakan yaitu kurikulum khusus, dan kurikulum 1964 serta jumlah siswa
masih sangat sedikit. Pada masa Orde Baru, visi misi SMA Katolik tetap menggunakan
moto sanctitas, sanitas, dan scientia
dan ditambah dengan profil lulusan seminari. Tidak menerima lulusan SD pada
tahun 1980, dan SLTP Seminari dihapuskan pada tahun 1982. Kurikulum yang
digunakan yaitu kurikulum 1975 dan kurikulum 1994. Jumlah siswa lebih banyak
yaitu sekitar 12-50 siswa. Pada masa Reformasi, SMA Katolik Seminari
menggunakan moto sanctitas, sanitas, scientia
dan ditambah dengan adanya visi misi 2021. Hingga tahun 2013, SMA Katolik
Seminari hanya menerima lulusan SMP dan SMA saja, dan sistem pengelolaan kelas
terdiri dari kelas I, II, III tingkat SMA, Kelas Khusus (KK), dan kelas IV.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jumlah siswa sudah lebih teratur
dan lebih banyak dibandingkan tahun 1958-1998.
Ketiga, kontribusi
penelitian terhadap pendidikan penulis kaitkan dengan pendidikan multikultural.
Siswa SMA Katolik Seminari yang terdiri dari berbagai daerah asal yang berbeda
menjadikan mereka memiliki banyak perbedaan kebudayaan. Meskipun demikian,
mereka tetap saling hidup berdampingan dan rukun, saling menghormati satu sama
lain hidup dalam satu asrama. Hal ini dapat menjadi cerminan bagi SMA lain di
Blitar untuk melaksanakan pendidikan multikultural di sekolah.
SMA
Katolik Seminari sebagai lembaga pendidikan formal bagi para seminaris harus
tetap dipertahankan keberadaannya karena sekolah ini merupakan satu-satunya
sekolah khusus di Blitar yang mendidik calon pastor. Kebutuhan akan imam yang
melayani para umat Katolik menjadikan sekolah ini sangat berperan penting dalam
membentuk pribadi siswa sebelum memasuki pendidikan ke seminari tinggi.
Peningkatan sarana dan prasarana harus dibenahi agar SMA Katolik Seminari ini
tidak tertinggal dengan sekolah menengah negeri maupun swasta lain yang ada di
Blitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar