Senin, 12 Januari 2015

PENGARUH PERISTIWA RENGGASDENGKLOK PADA 16 AGUSTUS 1945 TERHADAP KEMERDEKAAN INDONESIA



1.   Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
               Masa pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung selama 3,5 tahun, namun dampaknya bagi bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang, diantaranya bidang politik,ekonomi,sosial,budaya,birokrasi, dan militer. Memasuki awal tahun 1944, tentara Jepang mulai mengalami kekalahan diberbagai daerah, karena para pemuda telah memiliki keahlian dan keterampilan militer yang dapat dimanfaatkan dikemudian hari pada saat mempertahankan kemerdekaan menghadapi tentara Sekutu dan Belanda.
 Hingga akhirnya Proklamasi kemerdekaan dibacakan, itu  menunjukan keberanian bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. Namun, proklamasi itu tidak berlangsung lancar begitu saja.Proklamasi itu lahir dari perbedaan sikap yang jelas antara kalangan yang menginginkan Kemerdekaan Indonesia sebagai hasil perjuangan sendiri dan kalangan yang tidak mempersoalkan kemerdekaan itu merupakan pemberian Jepang. Pada tanggal 7 Agustus 1945, Panglima Asia Tenggara Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau  Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI). Dua hari kemudian, Soekarno dan Hatta, bersama dengan Rajiman Widiodiningrat, diundang ke Dalath. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan armada udara Sekutu masing-masing di Hiroshima dan Nagasaki.  Peristiwa tersebut mendorong Terauchi mengubah tanggal pemberian Kemerdekaan menjadi 24 Agustus 1945.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepadaa Sekutu.Meskipun dirahasiakan, berita kekalahan itu dapat diketahui sejumlah tokoh gerakan bawah tanah dan para pemuda melalui radio.Kekalahan Jepang itu menimbulkan keinginan kuat dan keberanian untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia sesegera mungkin.Hal itulah yang mendasari terjadinya peristiwa Rengasdengklok.Dengan kepastian tanggal tersebutketiga tokoh tadi kembali ke Indonesia.
Makalah ini membahas peristiwa Rengasdengklok karena pada peristiwa ini merupakan puncak dari tujuan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan.Perjuangan bangsa Indonesia pada Peristiwa Rengasdengklok sangat besar.Jadi, penulis mengambil topik mengenai Peristiwa Rengasdengklok guna menumbuhkan semangat Nasionalisme dan Patriotisme bagi generasi penerus bangsa Indonesia di era modernisasi saat ini.

1.2 Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut.
1)   Mengapa tiga tokoh Indonesia dipanggil ke Dalath?
2)  Bagaimana Peristiwa Rengasdengklok terjadi?
 3)  bagaimanakah pengaruh setelah Peristiwa Rengasdengklok?

1.3 Tujuan Masalah
            Berdasarkan rumusan masalah di atas makalah ini mempunyai tujuan masalah sebagai berikut.
1)   Mengetahui dan mengerti alasan pemanggilan tiga tokoh Indonesia ke Dalath.
 2)  Memahami terjadinya Peristiwa Rengasdengklok.
 3)  Mengetahui pengaruh yang terjadi setelah Peristiwa Rengasdengklok.

2.   Pembahasan
2.1 Peristiwa Pemanggilan Tiga Tokoh Indonesia Ke Dalath
            Jepang yang semakin mendesak dalam perang Asia Pasifik oleh pihak Sekutu, menyadari bahwa mereka akan mengalami kekalahan. Oleh karena itu, Jepang mula-mula  memberikan janji kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia. Kemudian dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai. Pada tanggal 7 Agustus 1945 diumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan (PPKI), maka pada saat yang sama Dokuritsu Junbi Cosakai dianggap bubar. Kepada para anggota PPKI, Guseikan Mayor Jenderal Yamato mengucapkan terimakasihnya dan menegaskan kepada mereka bahwa para anggota yang duduk dalam PPKI itu tidak dipilih oleh pejabat dilingkungan Tentara Keenambelas saja, akan tetapi oleh Jenderal Besar Terauci sendiri yang menjadi penguasa perang tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 tiga orang tokoh Inonesia dipanggil ke Dalath (Vietnam) oleh Jenderal Besar Terauci.Ketiga tokoh Indonesia yang dipanggil adalah Ir.Soekarno, Drs.Moh.Hatta dan dr.Radjiman Wedyodiningrat (Thamiend,2000: 168). Dalam pertemuan di Dalath pada tanggal 12 Agustus 1945 Jenderal Besar Terauci menyampaikan kepada ketiga pemimpin tersebut, bahwa keputusan pemerintah kekaisaran Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia yang wilayahnya meliputi seluruh bekas Hindia Belanda. Dengan demikian, pertemuan di Dalath merupakan momentum politik yang besar artinya kearah pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang telah dicita-citakan selama berabad-abad.
            Dua puluh satu anggota telah dipilih, tidak hanya terbatas pada wakil-wakil dari Jawa yang ada di bawah pemerintahan Tentara Keenambelas, tetapi juga dari berbagai pulau, seperti berikut : 12 wakil dari Jawa, 3 wakil dari Sumatra, 2 dari Sulawesi, seorang dari Kalimantan, seorang dari Sunda Kecil(Nusa Tenggara), seorang dari Maluku, dan seorang dari golongan penduduk Cina. Yang ditunjuk  sebagai ketua dalam PPKI adalah Ir. Soekarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta dan sebagai penasehat ditunjuk Mr. Subardjo.Kemudian oleh orang Indonesia sendiri, anggota PPKI ditambah dengan enam orang lagi tanpa seizin pihak Jepang. Anggota-anggota itu adalah Wiranata Kusuma, Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sajuti Melik, Iwa Kusumasumantri dan Ahmad Subardjo(Notosantoso,1984:78). Dan pada saat ketiga tokoh PPKI, yakni Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman Wedyodiningrat kembali ke Indonesia dan tiba pada tanggal 15 Agustus 1945 belum mengetahui sedikitpun bahwa sebenarnya Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, sehubungan dengan dijatuhkannya bom atom di Hirosima dan Nagasaki pada tanggal 6 an 9 Agustus 1945.
            Berita mengenai kekalahan Jepang diketahui oleh sebagian pemimpin golongan pemuda.Oleh karena itu, setibanya di Jakarta Soekarno dan Hatta langsung didesak oleh para pemuda agar keduanya segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Keinginan para pemuda itu ditanggapi oleh kedua tokoh dengan mengatakan bahwa masalah Proklamasi Kemerdekaan akan dibicarakan pada rapat PPKI yang akan dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pendapat kedua tokoh tersebut tidak disetujui oleh para pemuda, sehingga terjadi peristiwa Rengasdengklok.


2.2 Peristiwa Rengasdengklok
            Pada malam hari tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda mengadakan rapat di ruang Laboratorium Mikrobiologi di Pegangsaan Timur. Rapat ini dihadiri oleh tokoh radikal, antara lain Chaerul Saleh, Soekarni, Yusuf Kunto, Soerachmat, Djohan Noer, Darwis, Abdoer ahcman, Moewardi, Sempoen Singgih, Hamani, dan Wikana. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang mengambil keputusan untuk mendesak Soekarno dan Hatta agar mau memutuskan hubungannya dengan pemerintahan militer Jepang dan bersedia berunding dengan para pemuda. Rapat ini dilakukan karena terjadi perbedaan pendapat antara kalangan tua dan kalangan muda terhadap kapan dilaksanakannya Proklamasi Kemerdekaan.
1) Sikap Kalangan Tua
Pihak yang disebut kalangan tua adalah para anggota PPKI.Tokoh yang menonjol dalam kelompok ini aalah Soekarno dan Moh.Hatta.mengenai tanggal Proklamasi Kemerdekaan, kalangan tua cenderung menyesuaikan iri dengan ketentuan Pemerintah Militer Jepang, yakni tanggal 24 Agustus 1945. Mereka tidak berani melanggar ketentuan itu karena khawatir akan adanya pertumpahan darah . Kalangan tua beranggapan bahwa cepat atau lambat Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan bukan masalah yang penting, tetapi masalah yang penting adalah Proklamasi Kemerdekaan harus dipersiapkan secara matang dan bagaimana cara menghadapi pasukan sekutu yang akan datang nanti. Untuk itu, segala sesuatu yang menyangkut Proklamasi Kemerdekaan harus dibicarakan dalam rapat PPKI.Sehingga dengan demikian tidak menyimpang dengan ketentuan Jepang, yang menetapkan waktu pelaksanaan Proklamasi Keerdekaan.

2)Sikap Kalangan Muda
Pihak yang disebut kalangan muda adalah para mahasiswa dan anggota PETA.Mereka memiliki sikap radikal mengenai Proklamasi Kemerdekaan.Mereka tidak menyetujui jika pelaksanaan Proklamasi Kemerekaan sesuai dengan keputusan Jenderal Besar Tarauci.Kalangan muda beranggapan bahwa kalangan tua terlalu mengikuti ketentuan Jepang. Dengan terlalu mengikuti ketentuan Jepang, Kemerdekaan Indonesia menjadi tanpa makna karena sama dengan pemberian Jepang. Mereka menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan dengan kekuatan sendiri tanpa mengindahkan Jepang. Dengan begitu akan menimbulkan kesan bahwa Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan rakyat Indonesia sendiri.
Sutan Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu janji Jepang yang dianggap tipu muslihat belaka. Karena ia mendengar radio yang tidak disegel Pemerintah Jepang, maka ia mengetahui bahwa Jepang sudah memutuskan menyerah(Notosusanto,1984:79-80).
Pada tanggal 15 Agustus 1945, malam hari kalangan pemuda mengutus Darwis dan Wikana untuk menyampaikan kemauan kalangan pemuda kepada Soekarno dan Hatta.Kedua pemimpin itu tetap tegas pada pendiriannya yaitu membicarakan terlebih dahulu Proklamasi Kemerdekaan dengan PPKI.Pada pembicaan tersebut tidak mencapai kata sepakat, kalangan pemuda bermaksud mengamankan Soekarno dan Hatta keluar Jakarta(Matroji,2004:4).
Adanya perbedaan paham itu telah mendorong kalangan pemuda untuk membawa Soekarno dan Hatta keluar Kota. Tindakan tersebut diambil dari hasil keputusan rapat terakhir pada pukul 00.30 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945 yang diadakan oleh para pemuda bertempat di Asrama Baperpi(Badan Permusyawaratan Pemuda Indonesia), Cikini 71, Jakarta. Selain peserta rapat di Lembaga Bakteriologi, rapat itu juga dihadiri oleh Soekarni, Yusuf Kunto, dr.Muwardi  dan Shodanco Singgih dari Daidan PETA Jakartasyu. Rapat tersebut memutuskan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta keluar Kota Jakarta dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.Untuk menghindari kecurigaan Jepang Shodanco Singgih mendapat kepercayaan untuk melaksanakan rencana tersebut.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 Soekarno dan Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda keluar kota menuju Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan disebelah timur Jakarta.Rengasdengklok dipilih untuk tempat pengamanan Soekarno dan Hatta atas berbagai pertimbangan sebagai berikut.
1)   Rengasdengklok dilatarbelakangi oleh laut sehingga mudah untuk meloloskan diri apabila ada serangan dari pihak Jepang.
2)   Sebelah timur dearah Rengasdengklok dibentengi oleh Purwakarta dan Cimalaya yang barada dibawah penguasaan satu Daidan PETA yang siap menghadapi setiap kemungkinan berasal dari timur.
3)   Sebelah selatan ada juga tentara PETA Kedung Gedeh.
4)    Sebelah barat ada juga tentara PETA di Bekasi yang siap menghadapi musuh yang mencoba menyerang dari arah Jakarta(Thamiend,2000:169).
Sehari penuh Soekarno dan Hatta berada di Rengasdengklok .Disana kalangan pemuda kembali mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan tanpa kaitan apapun dengan Jepang.Kedua pemimpin itu tetap teguh pada pendirian semula.Wibawa mereka cukup kuat sehingga kalangan pemuda segan untuk melakukan penekanan.Namun, dalam suatu pembicaraan pribadi dengan Soekarno, Shoudanco Singgih menyimpulkan bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan segera setelah kembali ke Jakarta.Kemudian Singgih bergegas ke Jakarta untuk menyampaikan kesediaan Soekarno memproklamasikan kemerdekaan kepada kalangan pemuda yang ada di Jakarta.
Sementara itu di Jakarta, antara Ahmad Subardjo sebagai wakil kalangan tua dan Wikana sebagai wakil kalangan muda telah mencapai kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan di Jakarta.Dimana Laksamana Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya.Atas dasar kesepakatan itu, Ahmad Subardjo berangkat ke Rengasengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta. Setibanya di Rengasdengklok, Ahmad Subardjo meyakinkan Soekarno dan Hatta bahwa Jepang memang telah menyerah. kemudian ia meyakinkan kalangan pemuda untuk melepaskan Soekarno dan Hatta dengan jaminan bahwa Ahmad Subardjo member taruhan nyawanya jika Proklamasi Kemerdekaan tidak dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya sampai pukul 12.00 WIB. Setelah yakin dengan jaminan tersebut Shodanco Subeno,dari Daidan PETA Rengasdengklok bersedia melepaskan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.

2.3 Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan
            Soekarno dan Hatta tiba di Jakarta pukul 23.30 WIB.Soekarno dan Hatta beserta rombongan menuju rumah Laksamana Maeda di jalan Imam Bonjol (sekarang Perpustakaan Nasional Depdikbud).Di rumah itulah naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disusun (Notosusanto,1984:83).
Perumusan teks Proklamasi didahului oleh perubahan sikap mendasar dari Soekarno dan Hatta mengenai  Proklamasi Kemerdekaan. Awalnya mereka akan melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan sesuai dengan ketetapan Jepang. Sikap itu berubah setelah pertemuan dengan pemuka militer Jepang di Jakarta.
1)   Pertemuan dengan Mayjen Nishimura.
   Soekarno dan Hatta menemui Somabuco (kepala Pemerintahan umum) Mayor Jenderal Nishimura untuk mengetahui sikapnya mengenai rapat PPKI yang membicarakan tentang Kemerdekaan Indonesia (Matroji, 2004 : 6).
Dalam pertemuan itu tidak mengasilkan kata sepakat.Disatu pihak Soekarno dan Hatta bersikeras melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan sesuai dengan garis kebijakan Jendral Terauchi.Dilain pihak, Nishimura bersikeras memelihara status quo.
Berdasarkan garis kebijaksanaan itu Nishimura melarang kegiatan dalam bentuk apapun termasuk mengadakan rapat PPKI dalam rangka pelaksanaan ProklamasiKemerdekaan.Tidak adanya kesepahaman itu meyakinkan Soekarno dan Hatta untuk melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan tanpa ada kaitannya dengan Jepang.
2)   Perumusan Konsep Proklamasi Kemerdekaan
   Setelah bertemu Sumabuco, Soekarno dan Hatta bergegas ke kediamanLaksamana Maeda.Disana telah berkumpul para anggota PPKI dan kalangan Pemuda.Kemudian terjadilah peristiwa bersejarah berupa Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan.Tokoh-tokoh yang merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan adalah Soekarno,Hatta dan Ahmad Subardjo yang disaksikan oleh pihak kalangan pemuda yaitu Soekarno, B.M. Diah dan Soediro.Teks tersebut dirumuskan diruang makan Laksamana Maeda. Sebagai tuan rumah beliau mengundurkan diri kekamar tidurnya ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung, sedangkan anggota PPKI dan Pemuda lainya berada diserambi depan.
Soekarno kemudian mengambil secarik kertas dan menulis sesuai dengan apa yang Hatta dan Ahmad Subardjo ucapkan. Ahamad Subardjo menyumbangkan pikirannya yaitu “Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan kami’’.Kalimat pendek dan sederhana ini telah dianggap cukup bagi suatu langkah yang menentukan dan mempunyai arti penting dalam sejarah dunia yang mencerminkan keadaan yang dihadapkan kepada bangsa Indonesia.Suatu  keadaan yang dikuasai oleh ketegangan jiwa yang luar biasa ( Frederick, 2005 : 306-307 ).Kalimat pendek tersebut kemudian dilanjutkan oleh Hatta.   
Konsep Proklamasi Kemerdekaan itu terdiri atas dua kalimat.
(1)Kalimat Pertama merupkan pernyataan kemauan Bangsa Indonesia untuk menentukan hasilnya sendiri.
(2)Kalimat kedua merupakan pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignity).
       Perumusan teks Proklamasi berlansung hingga pukul 04.00 WIB dengan menghasilkan teks proklmasi hasil tulisan tangan Ir Soekarno. Ketiga tokoh perumus teks, kemudian menjumpai tokoh-tokoh PPKI dan kalangan pemuda yang menunggu diserambi depan. Kemudian Soekarno membuka rapat lalu membacakan konsep proklamasi kemerdekaan.Konsep itu disetujui dengan sedikit perubahan.
3)   Pengesahan Teks Proklamasi
Dalam pengesahan teks proklamasi terjadi perdebatan mengenai siapa yang menandatangani teks proklamasi.Soekarno mengusulkan agar mereka yang hadir bersma-sama teks proklamasi.Saran tersebut diperkuat oleh Hatta.Seperti halnya naskah “Declaration of Independence” Amerika Serikat.Tetapi usulan itu ditentang oleh kalangan pemuda karena mereka masih menganggap bahwa kalangan tua sebagai kolaborator (orang yang bekerjasama dengan Jepang) apabila turut menandatangani teks proklamasi.
Dari perdebatan yang terjadi salah seorang tokoh pemuda, yakni Sukarni mengusulkan supaya yang menandatangani teks proklamasi cukup dua orang saja yaitu Soekarno dan Hatta, Atas Nama Bangsa Indonesia.Hal ini dimaksudkan agar proklamasi kemerdekaan benar-benar bersih dari pengaruh jepang.Usulan itu berdasarkan alsan kedua tokoh yang telah diakui sebagai pemimpin utama rakyat Indonesia dan usulannya disetujui.
Kemudian Sayuti melik segera mengetik teks proklamasi yang ditulis Soekarno dengan perubahan kecil.Perubahan itu mencakup tiga hal, sebagai berikut :
(1)               Tulisan “tempoh” diganti ‘tempo”
(2)               Tulisan “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti “atas nama bangsa Indonesia”
(3)               Tulisan Djakarta, “17-08-‘05’ diganti menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”.
Baru pada jam 2.00 malam tanggal 16 menjelang tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta teks proklamasi kemerdekaan siap dan di tandatangani oleh dwitunggal Bung Karno-Hatta disaksikan pemuda-pemuda (Kansilh,1985:44).
Demikian pertemuan yang menghasilkan teks proklamasi kemerdekaan itu berlangsung pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari.Timbulah persoalan bagaimana teks tersebut disebarluaskan keseluruh Indonesia. Sukarni melaporkan bahwa lapangan Ikada (lapangan sudut tenggara Monas) telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan teks proklamasi, tetapi Soekarno menganggap lapangan Ikada adalah salah satu lapangan umum yang bisa manimbulkan bentrok antara rakyat dengan pihak militer Jepang. Oleh karna itu Soekarno mengusulkan supaya upacara proklamasi dilakukan di rumahnya di Jl. Pegangsaan Timur  No. 56,Jakarta (sekarang gedung perintis kemerdekaan di jalan proklamasi). Usul itu disetujui dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung di tempat itu pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB ditengah-tengah bulan puasa (Notosusanto, 1984: 86-87).

3.    Penutup
3.1     Kesimpulan

1)                 Tiga tokoh Indonesia yaitu Ir. Soekarno, Hatta dan dr. Radjiman Widiodiningrat dipanggil ke Dalat,Vietnam oleh Jenderal Besar Terauci untuk memberitahu bahwa keputusan pemerintah kaisar Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia yang wilayahnya meliputi seluruh bekas Hindia Belanda.
2)                 Peristiwa rengas dengklok adalah pengamanan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta oleh kalangan pemuda yang bertujuan agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaru oleh jepang mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan dan agar Soekarno dan Hatta sgera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
3)                 Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan dilakukan oleh Soekarno dan Hatta ketika mereka sadar bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera diproklamasikan dan tanpa adanya ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Jepang.

3.2  Saran
1)   Untuk masyarakat yang tugasnya sebagai penerus bangsa harus memiliki jiwa Nasionalisme yang tinngi untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia karena apabila kita mengenang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, perjuangan tersebut dilakukan penuh dengan rintangan demi menuju kemerdekaan.
2)             Untuk pembaca diharapkan setelah membaca makalah ini lebih mencintai tanah air Indonesia dan lebih menghargai makna perjuangan.

Daftar Rujukan
Frederick, William H., Soeri Soeroto. 2005. Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Kansils, C.T.S., Julianto.1985. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga..
Notosusanto,Nugroho,dkk.1984.Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.

3 komentar:

  1. lalu dampak dari terjadinya peristiwa Rengasdengklok terhadap rencana proklamasi kemerdekaan Indonesia itu apa ?

    BalasHapus
  2. Lalu,pengaruh dari peristiwa Rengasdengklok apa??

    BalasHapus