BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang berfikir(homo sapien). Degan aktifitas
berfikirnya manusia berfilsafat, berilmu pengetahuan, berteknologi dan
berkesenian. Sejak manusia ada aktifitas itu ada dan terus berkembang,
meningkat terus seiring dengan perkembangan peradaban manusia.
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin
menajamnya spesialisasi ilmu, maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Dengan
mempelajari filsafat ilmu kita akan menyadari keterbatasan diri kita dan tidak
terperangkap pada arogansi intelektual. Hal lebih diperlukan lagi adalah sikap
keterbukaan diri, sehingga dapat saling menyapa dan mengarahkan potensi ilmu
yang dimilikinya untuk kepentingan uat manusia. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan
baik tanpa kritik dari filsafat.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu
baru yang pada akhirnya memunculkan sub-sub ilmu
pengetahuan baru, bahkan kearah ilmu pengetahuan yang
lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Namun,
ilmu pengetahuan tidak akan dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dari filsafat.
Matematika merupakan cabang ilmu dari filsafat yang mempunyai peranan
sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Bagi dunia keilmuan matematika berperan
sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat
dan tepat. Maka dari itu
kedudukan matematika dalam cabang filasat sangatlah penting. Matematika
memberikan kontribusi yang begitu besar dalam dunia keilmuan. Dan begitu
menarik untuk dikaji lebih dalam lagi.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana sejarah matematika dalam ilmu pengatahuan.
2. Bagaimana peran matematika dalam ilmu
pengetahuan.
3. Bagaimana ciri utama matematika
dalam ilmu pengetahuan.
C. Tujuan
1. Mendiskripsikan sejarah matematika dalam ilmu pengetahuan.
2. Menjelaskan peran matematika dalam ilmu pengetahuan.
3. Mendiskripsikan ciri utama matematika dalam ilmu
pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. SEJARAH
MATEMATIKA DALAM ILMU PENGETAHUAN
Ditinjau
dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap
sistimatika, komparatif dan kuantitatif. Pada tahap sistematika maka ilmu mulai menggolong-golongkan objek empiris
kedalam kategori-kategori tertentu. Penggolongan ini memungkinan kita untuk
menemukan ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi
kelompok tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum ini merupakan pengetahuan bagi
manusia dalam mengenali dunia fisik. Dalam tahap yang kedua kita mulai
melakukan perbandingan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya,
kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan seterusnya. Kita mulai
mencari hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara diberbagai objek
yang kita kaji. Tahap selanjutnya adalah tahap kuantitatif dimana kita mencari
hubungan sebab akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan, melainkan
berdasarkan pengukuran yang eksak dari objek yang sedang kita selidiki. Bahasa
verbal berfungsi dengan baik dalam kedua tahap yang pertama namun, dalam tahap
yang ketiga maka pengetahuan membutuhkan matematika. Lambang-lambang matematika
bukan saja jelas namun juga eksak dengan mengandung informasi tentang objek
tertentu dalam dimensi-dimensi pengukuran.
Griffits
dan Howson membagi sejarah perkembangan matematika menjadi 4 tahap. Tahap yang
pertama dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban mesir kuno dan
daerah sekitarnya seperti Babylonia dan Mesopotamia. Waktu itu matematika telah
dipergunakan dalam perdagangan, Pertanian, bangunan,dan usaha mengontrol alam
seperti banjir. Lalu matematika mendapat momentum baru dalam peradaban yunani
yang sangat memperhatikan aspek estetik dari matematika. Dapat dikatakan bahwa
peradaban yunani inilah yang meletakan dasar matematika sebagai cara berfikir
rasional dengan matematika menetapkan berbagai langkah dan definisi tertentu.
Euclid pada 300 S.M. mengumpulkan semua pengetahuan ilmu ukur dalam bukunya
Element dengan penyajian secara sistematis dari berbagai postulat, definisi dan
teoroma. Kaum cendekiawan Yunani, terutama mereka yang kaya, mempunyai budak
belian yang mengerjakan pekerjaan kasar termasuk hal-hal yang praktis seperti
melakukan pengukuran. Dengan demikian maka kaum cendekiawan ini daat memusatkan
perhatiannya kepada aspek estetikdari matemayika yang merupakan simbol status
dari golongan atas waktu itu.
Babak
matematika selanjutnya terjadi di timur dimana pada sekitar tahun 1000 bangsa
Arab, India, Cina mengembangkan ilmu hitung dan aljabar. Mereka mendapatkan
angka nol dan cara penggunaan desimal serta mengembangkan kegunaan praktis
dalam ilmu hitung dan aljabar tersebut. Waktu perdagangan antara timur dan
barat berkembang pada abad pertengahan berkembang pada abad pertengahan maka
ilmu hitung dan aljabar ini telah dipergunakan dalam transakasi pertukaran.
Gagasan-gagasan orang yunani dan penemuan ilmu hitung dan aljabar itu dikaji
kembali dalam zaman Renaissance yang melatakkan dasar bagi kemajuan matematika
modern selanjutnya. Ditemukanlah diantaranya kalkulus diferensial yang
memungkinkan kemajuan ilmu secara cepat di abad ke-17 dan revolusi industri di
abad ke-18.
Bagi
dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Matematika dalam hubungannya
dengan komunikasi ilmiah mempunyai peranan ganda, kata Fehr, yakni sebagai ratu
sekaligus pelayanan ilmu. Di satu pihak, sebagai ratu matematika meruakan bentuk
tertinggi dari logika, sedangkan di lain pihak, sebagai pelayanan matematika
bukan saja memberikan sistem pengorganisasian ilmu yang bersifat logis namun
juga pernyataan-pernyataan dalam bentuk model matematik. Matematika bukan saja
menyampaikan informasi secara singkat dan tepat namun juga singkat.
Sebagaimana
sarana ilmiah maka matematika itu sendiri tidak mengandung kebenaran tentang
sesuatu yang bersifat faktual mengenai dunia empiris. Matematika merupakan alat
yang memungkinkan ditemukannya serta dikomunikasikannya kebenaran ilmiah lewat
berbagai disiplin keilmuan. Kriteria kebenaran dari matematika adalah
konsistensi dari berbagai postulat, definisi dan berbagai aturan permainan
lainnya.
Jadi
dapat dikatakan bahwa
peradaban
matematika hampir sama dengan peradaban manusia sendiri yang merupakan bahasa
artifisial yang dikemabangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang
bersifat ilmiah (Suriasumantri, 2007: 189).
2. PERANAN
MATEMATIKA DALAM ILMU PENGETAHUAN
Banyak sekali ilmu-ilmu sosial sudah
mempergunakan matematika sebagai sosiometri, psychometri, econometri, dan
seterusnya. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan
fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Untuk
dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana
berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Penalaran ilmiah menyadarkan
kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai
peranan penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peran
penting dalam berpikir induktif.
Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambanglambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati (Filsafat Ilmu dan Riset Bab I).
· Matematika
sebagai bahasa
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian maka dari makna serangkaian
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang – lambang matematika bersifat
“artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna yang diberikan
kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan dari rumus – rumus
yang mati. Bahasa verbal mempunyai banyak kekurangan. Untuk mengatasi
kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling kepada matematika
dalam hal ini kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk
menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal (Suriasumantri,
2007 : 190).
Matematika
mempunyai kelebihan lain dalam bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa
verbal yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.
Dalam bahsa verbal bila kita membandingkan obyek yang berlainan, umpamanya
gajah dan semut maka kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari pada
semut. Bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernytaan yang bersifat
kuantitatif, penjelasan yang diberikan oleh ilmu bahasa verbal semuanya
bersifat kuantitatif. Penejlasan yang diberikan oleh bahsa verbal tidak
bersifat eksak sehingga menyebabkan daya prediktif dan kontrol ilmu kurang
cepat dan tepat. Untuk mengatasai masalah itu maka kita mengambngkan konsep
pengukuruan, lewat pengukuran kita dapat mengetahui dengan tepat ukuran panjang
dan lebar suatu benda (Tim dosen filsafat ilmu fakultas filsafat UGM, 2010: 190).
· Matematika
sebagai sarana berfikir deduktif
Matematika
merupakan pengetahuan dan sarana berpikir deduktif. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa artifisial, yaitu bahasa buatan. Keitimewaan bahsa ini adalah
terbebas dari aspek emotif dan efektif beseta jelas, kelihatan, dan bentuk
hibungannya. Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya, pernyataan –
pernytaannya mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunkan
baik dalam bidang kimia maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan ,
kesimpulan yang didasarkan pada premis- premis yang kebenarannya telah
ditentukan. Misalnya jika diketahui A termasuk kedalam lingkungan B, sedangkan
B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C. Pola penalaran tersebut akan lebih jelas jika
dinyatakan dengan bahsa simbolik (ACB) ^ (B0C) – (A0B). Dengan contoh ini maka
matematika bukan saja menyampaikan informasi secara jelas namun juga singkat.
Dalam penalaran deduktif bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah sitem
silogisme, dan silogisme ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif
yang sempurna (Tim dosen filsafat ilmu fakultas filsafat UGM, 2010: 192).
·
Matematika untuk Ilmu Alam dan Sosial
Matematika
merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan
mengenai matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses, dan
teori yang memberikanilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Fungsi matematika menjadi
sangat penting dalam perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan. Perhitungan
matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu tehnik, metode matematis
memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi bahkan
pemikiran matematis dapat memberikan warna kepada kegiatan arsitektur dan seni
lukis.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan
alam matematika memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika
dalam ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan
untuk perhitungan dan pengukuran, disamping hal lain seperti bahasa, metode,
dan lainnya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-gejala ala
yang diamati dan dilakukan penelaahan yang berulang-berulang. Berbeda dengan
ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam
melakukan pengamatan, disamping objek penelaahan yang tak berulang maka
kontribusi matematika tidak mengutamakn pada lambang-lambang bilangan (Tim
dosen filsafat ilmu fakultas filsafat UGM, 2010: 193).
3. CIRI
UTAMA MATEMATIKA DALAM ILMU PENGETAHUAN
Ciri utama matematika
ialah metode dalam penalaran (reasoning). Dengan jalan mengukur besarnya sudut
jumlah segitiga yang mempunyai berbagai ukuran dan bentuk, dari tiap segitiga
tersebut adalah 180 derajat. Secara induktif dapat disimpukan bahwa jumlah
sudut dari setiap segitiga adalah 180 derajat. Namun orang juga bisa bepikir
secara analogi, umpamanya lingkaran membentuk sebuah bidang yang mempunyai luas
terbesar dubandingkan dengan garis – garis lengkung, maka sebuah bola dengan
demikian akan mempunyai isi yang terbesar pula.
Menalar secara induksi
dan analogi membutuhkan pengamatan dan bahkan percobaan, untuk memperoleh fakta
sebagai dasar argumentasi. Meskipun fakta yang dikumpulkan untuk tujuan induksi
dan anologi itu masuk akal. Umpamanya, meskipun sapi makan rumput dan babi
serupa dengan sapi namun adalah tidak benar bahwa babi makan rumput. Untuk
menghindari kesalahan seperti itu, ahli matematika mempergunakan kerangka
berpikir yang lain. Umpamanya dia mempunyai fakta bahwa x – 3 = 7 dan benaksud
untuk mencari nilai x tersebut. Angka 3 ditambahkan kepada kedua ruas persamaan
tersebut maka dia akan memperoleh bahwa x = 10. Berdasarkan hal ini maka dia
berkesimpulan bahwa langkah yang dilakukannya ternyata dapat dipertanggungjawabkan.
Cara berpikir yang dilakukan disini adalah deduktif. Seperti pada contoh
diatas, dalam semua pemikiran deduktif, maka kesimpulan yang ditarik merupakan
konsekuensi logis dari fakta – fakta yang sebelumnya telah diketahui. Disini
juga, seperti juga fakta – fakta yang mendasarinya.
Karena deduksi
menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercaya, maka penerapan proses ini kepada
fakta – fakta yang kebenarannya akan menghasilkan kebenaran baru. Usaha dalam
memperoleh kebenaran secara deduksi harus mengandalkan pada beberapa pernyataan
yang sebelumnya dianggap telah benar (Suriasumantri, 1999: 172).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ditinjau dari
perkembangannya maka ilmu dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap
sistimatika, komparatif dan kuantitatif. Penggolongan ini memungkinan kita
untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi
kelompok tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum ini merupakan pengetahuan bagi
manusia dalam mengenali dunia fisik. Matematika berkembang pada peradaban mesir
kuno dan daerah sekitarnya seperti Babylonia dan Mesopotamia. Waktu itu
matematika telah dipergunakan dalam perdagangan, Pertanian, bangunan,dan usaha
mengontrol alam seperti banjir. Matematika juga mempunyai tiga peranan dalam
ilmu pengetahuan yaitu matematika sebagai bahasa, matematika sebagai sarana
berfikir deduktif dan matematika untuk ilmu alam dan sosial. Matematika
mempunyai ciri utama dalam ilmu pengetahuan melalui metode penalaran. Dalam
penalaran bisa melalui induksi dan analogi sebagai bahan pengamatan untuk
mencari argumentasi agar bisa mendapatkan hasil yang dapat dipercaya.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun
S. 2007.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Suriasumantri, Jujun
S. 1999. Ilmu Dalam Perspektif.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Tim Dosen Filsafat
Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2010. Filsafat
Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.
Filsafat Ilmu dan Metode Riset ( di ambil dari internet www.google.com. Pada tgl 20/08/2011, jam 12:10 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar